Narasumber: Asep Saefullah
Jurnalis Majalah Sindo
Berita
adalah hal yang menjadi konsumsi bagi khalayak luas setiap harinya. Media
massa berguna untuk dapat memenuhi
khalayak akan informasi mengenai suatu peristiwa dunia dalam bentuk berita. Meskipun
berita yang disajikan oleh media massa sudah teruji kredibilitas dan
kebenarannya, sebagai khalayak kita perlu cerdas dalam mengamati isi media.
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengamati isi media
massa
1.
Segala isi dan peristiwa yang ada di dunia menjadi sumber informasi bagi media
massa
2.
Dunia ini dengan segala isi dan peristiwanya tidak bisa melepaskan diri dari
kaitannya dengan media massa
3.
Institusi media memproduksi dan menyebarkan informasi yang berupa produk budaya
atau pesan yang mencerminkan budaya dalam masyarakat kepada publik secara luas
agar produk atau pesan tersebut dapat digunakan da dikonsumsi oleh publik.
4.
Berbagai macam media massa tersebut mempunyaicirikhas masing-masing baik dalam
isi dan pengemasan beritanya, maupun dalam tampilan serta tujuan dasarnya.
5.
Media massa merupakan kumpulan banyak organisasi dan manusia dengan segala
kepentingannya yang beragam, bahkan termasuk yang saling bertentangan.
6.
Kepentingan dari media massa tersebut dapat mempengaruhi berita yang
disampaikan.
7.
Fakta yang disampaikan bukanlah fakta yang objektif, melainkan fakta yang telah
dikonstruksi oleh media atau penulisnya/wartawan dengan latar belakang kepentingan
tertentu.
Dalam
meyajikan berita kepada masyarakat, media massa melakukan framing atau pembingkaian atas setiap peristiwa yang akan dijadikan
suatu berita. Setiap media massa mempunyai gaya atau metodenya sendiri dalam
melakukan framing untuk suatu berita.
Contohnya pada apa yang dilakukan oleh Metro TV dan TV One. Suatu peristiwa
yang pada dasarnya sama dapat disajikan berbeda oleh 2 stasiun TV ini. Seperti
yang dapat kita lihat saat kampanye calon presiden pada tahun 2014 dahulu.
Sangat terasa jika Metro TV memiliki kecendrungan untuk mendukung calon
presiden Joko Widodo pada saat itu. Sedangkan TV One lebih mendukung calon
presiden Prabowo Subianto.
Framing yang
dilakukan media massa bukan tanpa alasan. Hal yang mendasari framing adalah kepentingan dari sang
pemilik media. Saat ini banyak pemilik atau pemimin media yang memiliki
keterkaitan dengan dunia politik sehingga memiliki kepentingan pribadi yang
berimbas pada pemberitaan yang dilakukan oleh media yang berada di bawah
kepemimpinannya.
Contohnya
seperti, MNC Group (RCTI, Global TV, Inews TV, MNC TV) yang merupakan stasiun
TV milik Hary Tanoesoedibjo yang juga merupakan ketua partai Perindo. Terlihat
jelas jika beberapa pemberitaan serta iklan yang terdapat pada sejumlah stasiun
TV MNC Group terkait dengan kepentingan
partai Perindo.
Yang
perlu diketahui adalah tidak semua framing
bersifat negatif. Berikut ini adalah perspektif media massa terkait
kegiatannya dalam melakukan framing:
1.
Pendekatan Pluralis. Dalam pendekatan pluralis, berita adalah cermin dan
refleksi dari kenyataan. Oleh karen aitu, berita haruslah sama dan sebangun
dengan fakta yang hendak diliput.
2.
Pendekatan Positivis. Menurut pendekatan ini media merupakan saluran pesan. Ada
fakta rill yang diatur oleh kaidah-kaidah tertentu yang berlaku universal
3.
Pendekatan Kritis. Menurut pendekatan kritis, berita tidak mungkin merupakan
cermin dan refleksi dari realitas, karena berita yang terbentuk hanya cermin
dari kepentingan kekuatan dominan
4.
Pendekatan Konstruksionis. Menurut konstruksionis, media merupakan agen
konstruksi pesan. Fakta yang ada dalam media tiada lain merupakan konstruksi
atas realitas. Kebenaran suatu fakta bersigat relatif, berlaku sesuai konteks
tertentu.
Yang
perlu diingat dari proses konstruksi adalah semua proses konstruksi, mulai dari
memilih fakta, sumber, pemakaian kata, gambar, sampai penyutingan memberi andil
bagaimana realitas tersebut hadir di hadapan khalayak (Eriyanto, 2002).
Kendati
demikian sebagai khalayak, kita perlu menganalisis berita yang kita terima. Hal
tersebut dikarenakan alasan berikut ini:
1.
Fakta/ peristiwa yang disampaikan oleh media adalah hasil konstruksi.
2.
Media massa adalah agen konstruksi.
3.
Berita bukan refleksi dari realitas. Berita hanya konstruksi dari sebuah
realitas.
4.
Berita bersifat subjektif/ konstruksi atas realitas.
5.
Wartawan bukan pelapor, melainkan agen konstruksi realitas.
6.
Etika, pilihan moral, dan keberpihakan wartawan adalah bagian yang integral
dalam produksi berita.
7.
Etika, pilihan moral, dan keberpihakan wartawan adalah bagian yang integral
dalam penelitian.
8.
Khalayak mempunyai penafsiran tersendiri atas berita.
Setalah
mengatahui alasan megapa berita dari media massa perlu dianalisis maka langkah
selanjutnya adalah mengetahui metode analisis berita media massa.
1.
Analisis Isi. Analisis isi berhubungan dengan isi komunikasi yang dilakukan
terhadap keseluruhan pesan seperti pada kata, kalimat, paragraph, space, waktu,
tempat penulisan, dan sebagainya. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui isi
pesan secara keseluruhan. Objek analisis isi adalah isi komunikasi secara
gramatikal.
2.
Analisis Framing (Frame Analysis). Analisis framing berusaha untuk menentukan
kunci-kunci tema dalam sebuah teks dan menunjukkan bahwa latar belakang budaya
membentuk pemahaman kita terhadap sebuah peristiwa.
3.
Analisis Wacana. Analisis wacana menekankan pada konsistensi kekuatan yang
terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Bahasa tidak dipahami
sebagai medium netral yang terletak diluar diri si pembicara. Bahasa dipahami
sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema
wacana tertentu, maupun startegi-strategi di dalamnya.
4.
Analisis Semiotik. Analisis semiotik merupakan studi sistematis mengenai
produksi dan interpretasi tanda, bagaimana cara kerjanya dan apa manfaatnya
terhadap kehidupan.
Selain
itu, setiap media massa mempunyai metode atau gaya penympaian berita yang
berbeda-beda, ada yang menyampaikan dengan menggunakan gaya bahasa yang formal ataupun
gaya bahasa yang lazim atau yang biasa digunakan oleh masyarakat pada umumnya. Hal
ini bebas dipilih oleh masing-masing media. Biasanya hal yang mendasari pilihan
ini adalah target khalayak yang disasar. Misalnya surat kabar Kompas yang
menggunakan gaya bahasa formal memang menyasar khalayak menengah ke atas dan
berpendidikan tinggi, sedangkan surat kabar Pos Kota yang menyasar khalayak
menengah ke bawah.
Bagaimana
pun bentuk dan kecenderungan media dalam melakukan pemberitaan yang terpenting
adalah bagaimana kita, sebagai khalayak dapat benar-benar jeli dalam menerima
informasi dari pemberitaan media massa. Bersikap netral dan kritis juga
diperlukan agar kita mampu memahami informasi berita media massa secara baik
dan tepat.